1.
Dari sisi Kesehatan Perusahaan
Pada perusahaan
ini saya tidak dapat menemukan data yang jelas tentang persediaan yang
merupakan salah satu komponen penting untuk menghitung quick ratio dan cash
ratio. Akhirnya saya memutuskan untuk menghapuskan pada perusahaan ini.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ARUS KAS BEBAS (FREE
CASH FLOW)
|
(491,804)
|
119,196
|
(1,260,315)
|
(1,314,100)
|
(575,464)
|
Dinyatakan dalam Rp
Dari sisi arus
kas bebas perusahaan, perusahaan memiliki arus kas yang negatif hal ini terjadi
karena pada tahun 2014 dan 2015 perusahaan mengalami penambahan aset tetap yang
signifikan yaitu biaya perolehan tanah, bangunan dan prasarana, peralatan dan
perabot serta lapangan golf.
Dari
sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
DER
|
0.51
|
0.77
|
1.06
|
1.02
|
1.01
|
LTDE
|
0.00
|
0.24
|
0.33
|
0.35
|
0.40
|
Dinyatakan dalam (%)
Rasio
utang terhadap ekuitas tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah. Namun
arus kas yang negatif akan memberatkan perusahaan dalam pembayaran hutang.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
akan di update karena saya sedang mempelajari bagaimana sector property
melakukan pengelolaan aset-asetnya.
3.
Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan laba bersih (NI Growth)
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ROE
|
6.46
|
10.02
|
14.47
|
14.94
|
13.75
|
GROWTH LABA BERSIH
|
-
|
71.94
|
66.40
|
23.13
|
3.12
|
Dinyatakan dalam (%)
Perusahaan
memiliki kemampuan laba yang cukup baik hal ini dilihat dari ROE perusahaan
yang cukup baik yaitu diatas 10% setiap tahunnya sejak tahun 2012. Perusahaan juga mengalami pertumbuhan laba
bersih yang cukup signifikan pada tahun 2012 dan 2013 bahkan pertumbuhan bersih
perusahaan tumbuh lebih dari 50%. Namun mulai mengalami penurunan hingga hanya
3.12%.
4.
Murah atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
BV
|
504
|
559
|
644
|
768
|
860
|
PBV
|
1.07
|
1.43
|
1.16
|
1.63
|
1.70
|
BV dinyatakan dalam Rp
Jika melihat
nilai intrinsic perusahaan berada di harga Rp 860 per lembar sahamnya.
Sedangkan pada akhir 2015 perusahaan diharga Rp 1.460 per lembar sahamnya
artinya perusahaan di hargai sangat mahal saat itu. Bagaimana pada tahun 2016 ?
pada akhir desember harga samah CTRA di tutup di harga Rp 1.335 perusahaan
masih dapat dikatan cukup mahal dengan pbv 1.55 jika kita menganggap tidak ada
perubahan kinerja di tahun 2016.
5.
Kesimpulan
CTRA memiliki
kemampuan laba yang cukup baik memiliki pertumbuan laba bersih yang signifikan
serta ROE yang stabil selama 4 tahun terakhir. Kecuali di tahun 2015
pertumbuhan laba bersih tidak terlalu signifikan namun ROE perusahaan tetap
berada di atas 10%. Perusahaan melakukan pengembangan cukup signifikan di tahun
2014 dan 2015 misalnya perusahaan melakukan pembelian aset tetap dengan skala
besar sehingga tidak heran jika arus kas perusahaan negatif.
Post a Comment