PT Golden Eagle Energy Tbk
Kinerja Perusahaan
1.
Dari sisi Kesehatan Perusahaan
Dari sisi
keamanan investasi diukur menggunakan Quick
Ratio dan Cash Ratio untuk
mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang
dari satu tahun.
RASIO LIKUIDITAS
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
QUICK RATIO
|
0.22
|
2.80
|
4.37
|
1.01
|
0.67
|
CASH RATIO
|
0.19
|
4.79
|
4.30
|
0.95
|
0.64
|
Dinyatakan dalam (%)
Berdasarkan data
diatas kita dapat melihat bahwa quick ratio perusahaan pada tahun 2011 sangat
memperhatinkan yaitu 0.22 dan 0.19 untuk cash ratio. Namun perusahaan
perusahaan melakukan right issue pada tahun 2012 yang membuat kondisi keuangan
cukup membaik. Namun pada tahun 2013 piutang yang tinggi bukan karena penjualan
perusahaan melainkan karena deposito berjangka perusahaan. Perusahaan juga
menambah utang yang cukup besar di tahun 2013. Tidak disebutkan untuk apa utang
jangka panjang senilai $10 juta dollar.
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
ARUS KAS BEBAS (FREE
CASH FLOW)
|
288
|
(787)
|
(7,292)
|
(71,280)
|
(52,673)
|
(24,384)
|
Dinyatakan dalam Rp
Arus kas
perusahaan negatif selama lima tahun terakhir terhitung sejak tahun 2011. Walaupun
perusahaan melakukan right issue perusahan melakukan pembelian aset tetap yang
cukup besar di tahun 2013. Tidak disebutkan perusahaan membeli apa, namun dalam
penejelasan laporan keuangan perusahaan tidak melakukan akuisisi apapun di
tahun 2013.
Dari
sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
DER
|
-1.64
|
-1.50
|
0.08
|
0.35
|
0.58
|
0.79
|
LTDE
|
-0.13
|
-0.12
|
0.00
|
0.27
|
0.29
|
0.37
|
Dinyatakan dalam (%)
Rasio
hutang cukup parah di tahun 2010 dan 2011, hal ini terjadi karena defisiensi
modal pada tahun tersebut. Sejak tahun 2012 perusahaan melakukan right issue
yang membuat modal bertambah namun jumlah hutang meningkat. Hal ini kita dapat
melihat di tahun 2012 dan 2013 terjadi meningkatan DER dan LTDE yang cukup
signifikan. Perusahaan menambah hutang baik utang jangka panjang maupun jangka
pendek dengan jumlah yang cukup besar jika disbanding pada tahun 2010 dan 2011.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka
pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua
rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan
piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.
RASIO PENGELOLAAN ASET
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
RTR
|
31.79
|
4.59
|
5.73
|
4.00
|
0.84
|
DSO
|
11.48
|
79.46
|
63.68
|
91.28
|
436.97
|
Dinyatakan dalam (%) dan hari
Perusahaan dalam
mengelola aset piutangnya sangat kurang hal ini berarti perusahaan mterlalu
memberikan kelonggaran utang kepada konsumennya. Buruknya perusahaan dalam
mengambil piutang juga terlihat di tahun 2015 DSO mencapai 436 hari artinya
piutang memiliki jangka waktu hingga 1 tahun. Hal ini dapat memberi resiko
piutang tak tertagih. Apa lagi jika dilihat dari jumlah piutangnya cukup besar.
3.
Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan laba bersih (NI Growth)
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
ROE
|
|
|
3.21%
|
4.17%
|
-0.76%
|
-15.18%
|
Dinyatakan dalam (%)
ROE perusahaan
di tahun 2010 dan 2011 sengaja dihapuskan karena perusahaan memiliki modal
negatif disertai kerugian (ROE seolah-olah positif) agar tidak terjadi
kerancuan data akhirnya di hapuskan. Perusahaan sangat kurang dalam memperoleh
laba hal ini terlihat hanya di tahun 2012 dan 2013 perusahaan mampu mencetak
laba. Sedangkan di tahun 2014 dan 2015 perusahaan kembali rugi lebih besar
dibanding tahun sebelumnya.
4.
Murah atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
BV
|
(199)
|
(6)
|
142
|
147
|
145
|
127
|
PBV
|
-10.94
|
-388.66
|
25.60
|
11.75
|
12.27
|
1.26
|
Dinyatakan
dalam (RP) >> BV
Jika melihat
dari book value perusahaan, perusahaan di hargai di harga Rp 127 per saham di
tahun 2015 hal ini dapat dibilang harga yang wajar karena perusahaan dapat
dibilang berfunda kurang baik. Hal ini dilihat dari kinerja perusahaan yang
kurang baik walaupun ditengah kondisi ekonomi baik seperti di tahun 2011 dan
tahun 2012 ketika harga batubara naik tinggi perushaaan justru mengalami
kerugian.
5.
Kesimpulan
Perusahaan
memiliki modal yang negatif pada tahun 2010 dan 2011, dalam hal tersebut
perusahaan menanggulanginya dengna melakukan RI di tahun 2012 sehingga modlanya
kembali positif. Namun sayangnya penambahan modal melalui RI terseubt kurang
dimanfaatkan dengan baik. Karena keuntungan yang terjadi di tahun 2012 dan 2013
hanya sementara. Perusahaan kembali mengalami kerugian di tahun 2014 dan 2015
bisa jadi karena dampak ekonomi makro karena harga batubara turun sangat
signifikan. Arus kas perusahaan juga negatif tidak di sebutkan digunakan untuk
apa perolehan aset di tahun 2013.
Post a Comment