Jejak Langkah Perusahaan yang patut di cermati
1971 – PT. Java Pelletizing Factory, Ltd. (PT Japfa) berdiri
pada 18 Januari dengan berfokus pada pemasaran produk utama kopra pellet secara
komersial.
1975 – Bisnis pakan ternak mulai beroperasi
1982 – Meresmikan kegiatan operasional pembibitan ayam untuk
melengkapi lini bisnis pakan ternak.
1989 – Mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya
1990 – Java Pelletizing Factor Ltd. Mengambil alih aset PT
Comfeed Indonesia dan berubah nama menjadi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
1992 – Mengakuisisi perusahaan pembibitan ayam dan
pemrosesannya (PT Multibreeder Adirama Indonesia dan PT Ciomas Adisatwa) serta
usaha tambak udang dan pemrosesannya, yaitu PT Suri Tani Pemuka
1994 – PT Multibreeder Adirama Indonesia salah satu anak
perusahaan perseroan mencatatkan sahamnya di bursa efek Jakarta dan bursa efek Surabaya.
2003 – inisiasi ekspansi di seluruh Indonesia dirintis
dengan membangun sejumlah feedmil baru.
2007 – Mengakuisisi PT Hidon, sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pembibitan ayam dan penetasan telur melalui PT Multibreeder
Adirama Indonesia Tbk. Selain itu, perseroan melakukan penerbitan obligasi
JAPFA 1 tahun 2007 sebesar 500 milliar.
2008 – Mengakuisisi PT Santosa Agrindo, sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang penggmeukan sapi terbesar di Asia Tenggara pada 15
Januari. Pada 3 September, salah satu anak perseroan. Yaitu PT Ciomas
mengakuisisi PT Vaksindo Satwa Nusantara, sebuah perusahaaan yang bergerak di
bidang produksi vaksi ungags dan hewan lainnya.
2011 – Mulai mefokuskan usaha di bidang agribisnis dengan
meningkatkan kapasitas produksinya melalui pembangunan fasilitas produk baru.
Kinerja Perusahaan
1.
Dari sisi Kesehatan Perusahaan
Dari sisi
keamanan investasi diukur menggunakan Quick
Ratio dan Cash Ratio untuk
mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang
dari satu tahun.
RASIO LIKUIDITAS
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
QUICK RATIO
|
0.63
|
0.64
|
0.81
|
0.57
|
0.52
|
CASH RATIO
|
0.27
|
0.25
|
0.40
|
0.16
|
0.17
|
Dalam presentase (%)
Berdasarkan data
diatas kita dapat melihat perusahaan sangat kurang dalam melunasi utangnya. Kedua
rasio yang digunakan baik Quick Ratio maupun Cash Ratio perusahaan dibawah 1. Untuk
quick ratio dalam aktiva lancarnya baik kas maupun piutang perusahaan tidak
mampu membayar hutangnya. Sedangkan jika melihat cash ratio perusahaan sangat
minim bahkan hanya 0.17 dari total hutang lancer perusahaan.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ARUS KAS BEBAS (FREE
CASH FLOW)
|
(1,067,544)
|
(1,064,840)
|
(1,390,308)
|
(27,852)
|
744,436
|
Perusahaan juga
memiliki arus kas yang negatif sejak tahun 2011 hingga tahun 2014. Perusahaan hanya
memiliki arus kas yang positif pada tahun 2015. Artinya perusahaan menggunakan
belanja modal lebih dari arus kas operasinya. Belanja modal perusahaan pada
umumnya digunakan untuk mengakuisisi perusahaan sehingga perusahaan aktif dalam
melakukan ekpansif.
Dari
sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
DER
|
1.18
|
1.30
|
1.84
|
1.97
|
1.81
|
LTDE
|
0.36
|
0.56
|
1.01
|
1.04
|
0.93
|
Dinyatakan dalam (%)
Perusahaan
terlalu sering menambah hutangnya hal ini terlihat sejak tahun 2013 hingga
2015. Peningkatan tajam pada utang tidak lancar perusahaan pada tahun 2013
kenaikan hampir 2x lipat utang tidak lancar perusahaan. Kenaikan utang tidak
lancar perusahaan terjadi karena perusahaan kembali melakukan utang obligasi
yang mana utang tersebut digunakan untuk mendirikan pakan ternak dan unit pengeringan
jagung serta melunasi utang 1 tahun 2007.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka
pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua
rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan
piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
RTR
|
#DIV/0!
|
21.19
|
19.41
|
19.09
|
19.50
|
DSO
|
#DIV/0!
|
17.23
|
18.81
|
19.12
|
18.72
|
Dinyatakan dalam (%) dan hari
Perusahaan
memiliki ratio perputaran piutang yang sangat tinggi, hal ini mengindikasikan
perusahaan sedikit sekali melakukan transaksi menggunakan piutang. Konsumen perusahaan
merupakan konsumen kredible yang tidak perlu membayar dengan utang. Penarikan utangpun
cukup singkat sekitar 17 hingga 19 hari. Namun perputaran piutang yang terlalu
cepat dapat mengurangi minat konsumen apabila produk yang di sajikan kurang
berkualitas.
3.
Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan laba bersih (NI Growth)
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ROE
|
17.74%
|
22.56%
|
12.21%
|
7.27%
|
8.58%
|
GROWTH LABA BERSIH
|
-
|
60.03%
|
-40.38%
|
-39.93%
|
36.28%
|
Dinyatakan dalam
(%)
Kemampuan
perusahaan dalam memperoleh cukup baik pada tahun 2011 hingga tahun 2013. Namun
kinerja perusahaan menurun sejak tahun 2013. Walaupun penjual naik pada tahun
2013 laba bersih menurun karena terjadinya peningkatan biaya beban umum dan
administrasi serta beban penjualan dan beban bunga. Begitu juga pada tahun 2014
dan 2015.
4.
Murah atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
BV
|
1,775
|
2,234
|
492
|
496
|
573
|
PBV
|
0.00
|
2.75
|
2.48
|
1.91
|
1.11
|
Dinyatakan
dalam (RP) >> BV
Jika melihat BV
perusahaan pada awal tahun 2015 akan sangat menarik karena pada saat itu
perusahaan sempat di harga 330. Sedangkan jika pada tahun 2016 perusahaan sudah
dikatakan sangat mahal karena pbv perusahaan sudah mencapai 2.60 dari nilai
perusahaanya.
5.
Kesimpulan
Japfa Comfeed
adalah perusahaan yang berfokus bergerak di bidang agribisnis. Dimana produknya
adalah peternakan ayam, sapi, serta pakan ternak. Sejak didirikan pada tahun
1971 perusahaan bertumbuh sangat pesat. Perusahaan melakukan ekspansif dengan
cara mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang sejalan dengan tujuan perusahaan.
Namun sayangnya modal kerja perusahaan dan proses ekspansif perusahaan yang terlalu
tidak heran jika hutang perusahaan meningkat dengan signifikan. Cash flow yang
negatif serta rasio utang jangka pendek perusahaan juga berisiko. Jika perusahaan
di harga seperti awal tahun 2016 mungkin saya akan tertarik. Namun jika untuk
diinvestasikan seumur hidup saya rasa tidak. Karena perusahaan memiliki resiko
hutang yang cukup tinggi.
Post a Comment