PT. ADARO ENERGY Tbk.
Profil
Perusahaan
Catatan Penting
2015 – ADRO
1.Adro mampu menurunkan beban
pokok pendapatan sebesar 18%, sehingga walaupun terjadi penurunan pendapatan
sebesar 19%, perusahaan tetap dapat
menjaga EBITDA operasional yang kokoh di 27.2%.
2.Penurunan jumlah utang bersih
mencapai 25%. Mempertahankan neraca serta struktur permodalan yang kuat, dan
belanja modal.
3.Total cadangan ADRO sebesar
1.3 milliar ton pada akhir tahun 2015. Jika selama 2 dekade adro telah
menghasilkan lebih dari 620 juta ton maka sisa cadangan batubara perusahaan
masih ada untuk 2 dekade kedepan.
(dengan asumsi perusahaan memproduksi dengan jumlah yang sama)
4. Adaro merupakan produsen
batubara terbesar kedua di Indonesia.
Perjalanan
sejarah ADARO
1982
-
PT Adaro
Indonesia (AI) mendapatkan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
(PKP2B) dari Pemerintah Indonesia yang berlaku sampai tahun 2022
1991
-
AI
mendapatkan nama dagang Envirocoal karena kada abu dan sulfur yang sangat
rendah, serta kadar nitrogen yang rendah
1992
-
AI memulai produksi komersial batubara E5000
dari tambang Paringin dengan memproduksi 1 Mt.
2005
-
AI diakuisisi oleh pemegang saham utama saat ini
melalui transaksi akuisisi dengan utang (leveraged
buyout). Pembiayaan akuisisi tersebut diperoleh dengan pinjaman dana sebesar
AS$923 juta dan ekuitas AS$50 juta.
2006
-
Produksi AI meningkat lebih dari 28% dari tahun
sebelumnya menjadi 34.4 Mt.
2009
-
ADRO mendapat peningkatan peringkat Moody’s
menjadi Ba1. Menerbitkan obligasi senilai AS$800juta dengan kupon enam bulanan
sebesar 7.625%.
2010
-
ADRO
mendirikan usaha di luar provinsi Kalimantan Selatan melalui akuisisi terhadap
25% kepemilikian atas proyek Indomet Coal
2011
-
ADRO
kembali mengakuisisi dua konsesi yaitu PT Mustika Indah Permai (MIP) dan PT
Bukit enim (BEE) yang berlokasi di Sumatera
-
PT
Bhimasena Power Indonesia (BPI) mendatangani perjanjian jual beli listrik untuk
proyek pembangkit listrik 2x1000MW di jawa tengah (Adaro Power memiliki 34%
kepemilikan atas BPI).
2012
-
ADRO mendatangani perjanjian opsi mengakuisisi
sampai 90% kepemilikan PT Bhakti Energi Persada (BEP).
2013
-
ADRO
mengakuisisi SCM, LSA, dan PCS yang memiliki tiga IUP pada konsesi di dekat
wilayah operasional AI.
2014
-
PT
Tanjung Power Indonesia (TPI) mendatangani perjanjian Jual Beli Listrik dengan
PT PLN (persero) untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara dengan
kapastias 2x100MW di Kalimantan Selatan.
ADRO adalah
perusahaan produsen tambang terbesar kedua di Indonesia dengan total cadangan
pada tahun 2015 mencapa 1.3 Milliar ton.
Kinerja Perusahaan
1.
Dari sisi Kesehatan Perusahaan
Dari sisi
keamanan investasi diukur menggunakan Quick
Ratio dan Cash Ratio untuk
mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang
dari satu tahun.
RASIO LIKUIDITAS
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
QUICK RATIO
|
1.51
|
1.29
|
1.38
|
1.40
|
2.04
|
CASH RATIO
|
0.72
|
0.56
|
0.88
|
0.96
|
1.55
|
Berdasarkan data
tahun 2015 perusahaan sangat mampu membayar hutang jangka pendeknya hal ini
dilihat melalui Quick Ratio perusahaan yang mencapai 2 kali total utang lancarnya.
Perusahaan juga memiliki cukup kas untuk membayar hutang jangka pendeknya yang
diukur melalui cash ratio yang 1.55 kali dari utang lancarnya.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ARUS KAS BEBAS (FREE CASH FLOW)
|
Rp 789,960
|
Rp 77,744
|
Rp 7,166,250
|
Rp 6,646,986
|
Rp 6,127,888
|
Perusahaan juga
memiliki arus kas yang positif sejak tahun 2011, jumlahnya terus meningkat
signifikan hingga tahun 2015. Arus kas yang positif sangat baik bagi
perusahaan.
Dari
sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
DER
|
1.32
|
1.23
|
1.11
|
0.97
|
0.78
|
LTDE
|
1.00
|
0.93
|
0.87
|
0.73
|
0.64
|
Dinyatakan dalam (%)
Periode
2011 hingga 2013 perusahaan memiliki jumlah hutang yang cukup tinggi
dbandignkan ekuitasnya. Sedangkan sejak tahun 2014 sepertinya memanfaatkan
penurunan suku bunga untuk membayar hutang-hutang perusahaan. Hingga pada tahun
2015 hutang perusahaan turun sebanyak 25%.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka
pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua
rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan
piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.
RASIO PENGELOLAAN ASET
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
RTR
|
10.41
|
7.68
|
8.26
|
11.16
|
11.11
|
DSO
|
35.06
|
47.51
|
44.17
|
32.71
|
32.84
|
Dinyatakan dalam (%) dan hari
Perusahaan
memiliki RTR yang cukup tinggi artinya, rasio penjualan perusahaan menggunakan
piutang sedikit. Perusahaan juga sangat baik dalam mengatur piutangnya hal ini
dapat dilihat dari rasio DSO yang mencapai 32 hari untuk menarik piutang
perusahaan. Hal ini akan mengurangi resiko piutang tak tertagih dan berarti
perusahaan memiliki konsumen yang kredibel sehingga tidak perlu mengeluarkan
piutang yang terlalu lama.
3.
Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan laba bersih (NI Growth)
ROE
|
22.60%
|
12.79%
|
7.17%
|
5.62%
|
4.50%
|
GROWTH LABA BERSIH
|
-
|
-25.74%
|
-24.63%
|
-19.25%
|
-7.58%
|
Dinyatakan dalam
(%)
Kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba cukup baik, hal ini dilihat ROE perusahaan
yang selalu positif walaupun berada di kondisi ekonomi yang sulit seperti tahun
2014 dan 2015. Perusahaan tetap mencetak laba. Namun kinerja perusahaan pada
saat kondisi ekonomi yang sangat baik tidak terlalu tergambar dengan jelas
walaupun pada tahun 2011 dan 2012 perusahaan mencetak ROE hingga mencapa 20%
dan 12.79% jumlah ini masih dibilang kecil disbanding perusahaan-perusahaan
pesaing di tahun yang sama.
4.
Murah atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
BV
|
Rp 693
|
Rp 910
|
Rp 1,224
|
Rp 1,261
|
Rp 1,453
|
PBV
|
2.55
|
1.75
|
0.89
|
0.82
|
0.35
|
Dinyatakan
dalam (RP) >> BV
Jika melihat BV
perusahaan pada tahun 2015 perusahaan dapat diogolongkan sangat murah. Namun jika
dibandingkan dengan harga penutupan pada desember 2016 perusahaan dapat
dikatakn sudah cukup mahal.
5.
Kesimpulan
ADRO adalah
perusahaan produsen tambang terbesar kedua di Indonesia. Memiliki keunggulan
produk yang ramah lingkungan dengan sebutan (ENVIROCoal) serta kualitas
batubara yang baik. Hutang yang berangsur turun serta arus kas yang positif
menjadi nilai tambah bagi perusahaan. Namun kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dapat dibilang cukup. Keunggulannya berada pada efisiensi biaya
produksi sehingga tetap menghasilkan keuntungan walaupun dikondisi yang sulit.
Post a Comment