Jejak Perusahaan
1990
-
Didirikan dengan
nama PT Tunggal Reksakencana
1993
-
Memulai pembangunan
kota mandiri Lippo Village, berlokasi di Tangearng, sekitar 30 kilometer
sebelah barat Jakarta.
-
Memulai pembangunan
kota mandiri Lippo Cikarang, proyek pengembangan real estat dan kawasan industry
terpadu di Cikarang, sekitar 40 kilometer sebelah timur Jakarta
1997
-
Memulai pembangunan
kota mandiri Tanjung Bunga, proyek pengembangan real estat terpadu dan terbesar
di Kawasan Indonesia Timur
2004
-
Melakukan
penggabungan 8 perusahaan property terkait menjadi PT Lippo Karawaci Tbk,
perusahaan property terbesar dengan tiga pilar bisnis Housing & Land
Development, Healthcare dan Hospitality & Infrastructure
2007
-
Meluncurkan San
Diego Hills memorial Park & Funeral Homes di Karawang, Jawa Barat
-
Meluncurkan proyek
superblock Kemang Village di Jakarta Selatan
2008
-
Meluncurkan The
St. Moritz Penthouses & Residences, proyek superblock di Jakarta Barat.
-
Membuka Mal
Pejaten Village di Jakarta Selatan, leased mall pertama perseroan.
2009
-
Membagi unit usaha
menjadi enam pilar utama untuk memperkuat struktur bisnis: Urban Development,
Retail Malls, Healthcare, Hospitality & Infrastructure, Property &
Portofolio Management.
-
Membuka Mal PX Pavillion
@The St. Moritz
Kinerja Perusahaan
1.
Dari sisi Kesehatan Perusahaan
Pada perusahaan
ini saya tidak dapat menemukan data yang jelas tentang persediaan yang
merupakan salah satu komponen penting untuk menghitung quick ratio dan cash
ratio. Akhirnya saya memutuskan untuk menghapuskan pada perusahaan ini.
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
ARUS KAS BEBAS (FREE
CASH FLOW)
|
(49,929)
|
1,288,793
|
(2,078,824)
|
786,471
|
(2,710,700)
|
Dinyatakan dalam Rp
Dari sisi arus
kas bebas perusahaan, perusahaan beberapa kali memiliki arus kas yang negative
pada tahun 2011, 2013 dan 2015. Hal yang menarik dari LPKR adalah manajer
bersikap jujur untuk menyatakan bahwa perusahaanya mengalami masalah pendanaan.
Dimana perusahaan membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi dan
melakukan kegiatan operasi.
Dari
sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
DER
|
0.94
|
1.17
|
1.21
|
1.15
|
1.18
|
LTDE
|
0.00
|
0.86
|
0.87
|
0.82
|
0.93
|
Dinyatakan dalam (%)
Rasio
utang terhadap ekuitas perusahaan tidak terlalu tinggi namun tidak terlalu
rendah berada di kisaran 0.9 – 1.2. Namun yang menarik pada tahun 2012 dan 2014
total utang lancar sebagian besarnya merupakan uang muka pelanggan yang
memiliki kesempatan menjadi pendapatan di masa datang. Untuk utang jangka
panjang perusahaan bias dikatakan baik karena masih dibawah 1.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
akan di update karena saya sedang mempelajari bagaimana sector property
melakukan pengelolaan aset-asetnya.
3.
Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan laba bersih (NI Growth)
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
ROE
|
7.53
|
9.24
|
8.66
|
14.51
|
2.83
|
GROWTH LABA PEMILIK
|
-
|
49.69
|
15.86
|
108.11
|
(79.06)
|
Dinyatakan dalam (%)
Perusahaan
memiliki kemampuan memperoleh laba yang dibilang standar. Karena dibawah 10%,
beberapa pesaing diperiode yang sama memiliki pengembalian ekuitas yang lebih
baik. Walaupun laba bersih pemilik perusahaan meningkat dengna signifikan di
tahun 2014. Perusahaan memiliki biaya operasional yang cukup tinggi sehingga
mengurangi pendapatan bersih perusahaan.
4.
Murah atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
BV
|
408
|
497
|
614
|
764
|
820
|
PBV
|
1.62
|
2.01
|
1.48
|
1.34
|
1.68
|
BV dinyatakan dalam Rp
Jika melihat
dari nilai perusahaan sepertinya perusahaan dihargai cukup mahal pada akhir
tahun 2015 yaitu 1.68 kali dari nilai intrinsiknya.
5.
Kesimpulan
LPKR merupakan
salah satu bisnis property besar di Indonesia. Ada beberapa point penting yang
harus ditandai di perusahaan ini. Perusahaan memiliki arus kas yang negative
selama beberapa periode termasuk 2015. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba juga dibilang biasa saja, dibawah 10% sedangkan beberapa perusahaan yang
sudah cek memiliki rata-rata ROE diatas 10% pada periode yang sama. Hutang
perusahaan cukup tinggi serta perusahaan tidak memiliki pendanaan internal.
Artinya perusahaan ini melakukan ekspansi dan kegiatan operasional menggunakan
dana eksternal. Yang uniknya lagi adalah perusahaan tidak menganggarkan belanja
modal untuk investasi pada tahun 2012 hingga tahun 2015.
Post a Comment