PT Media Nusantara
Citra Tbk.
Sejarah
dan Jejak Langkah Perseroan
1987 – PT Rajawali Citra televise
Indonesia (RCTI) didirikan sebagai stasiun TV swasta nasional pertama di
Indonesia
1990 – PT Cipta Pendidikan Televisi
Indonesia (MNCTV, sebelumnya TPI), didirikan sebagai staisun TV swasta nasional
ketiga di Indonesia.
1997 – MNC didirikan sebagai
perusahaan induk di bidang media berbasi iklan dan konten
2001 – MNCN mengakuisisi 70% saham
Global TV
2002 – PT Global Informasi bermutu
(GlobalTv) dikonsolidasikan ke MNCN
2004 – Mulai membangun pustakan
konten melalui produksi in-house dan akuisisi program-program dari pihak ketiga
2005 – MNCN mulai mendistribusikan konten kepada pihak ketiga
-
Global TV memperluas cakupannya ke pasa anak
muda dan keluarga muda
-
Kepemilikan
MNCN dalam Global TV ditingkatkan menjadi 100%
-
Surat
Kabar SINDO di dirikan
-
MNC
Network didirikan dengan membawahi empat stasiun radio
-
MNCN
mengakuisisi PT MNI Global, penerbit tabloid mingguan Genie
2006
-
MNCN meluncurkan MNC News
-
MNCN mengakuisisi MNCTV dan meluncurkan MNC
Entertainment melalui Indovision.
-
MNCN meluncurkan tabloid Mom&Kiddie
2007
-
MNCN meluncurkan program berita online
OkeZone.com
-
List di bursa efek
-
Group MNC menandatangani perjanjian dengan
Linkton Ltd untuk mengakuisisi saham LinkTone minimal 51% yang merupakan sebuah
perusahaan konten provider
2008
-
MNC the
Indonesian Channel mulai disiarkan di Timur Tengah dengan potensi pemirsa
sekitar 3.5 juta orang
2009
-
MNC vas memulai kolaborasi dengan linktone
Indonesia
-
MNCN
membentuk SMART Alliance bersama lima perusahaan media utama di Asia, dengan
misi menciptakan manfaat-manfaat komersil bagi para anggotanya
2010
-
Linktone
mengakuisisi saham Letang Game Ltd. Sebuah penyedia mobile games dari Republik
Rakyat China
-
Grup MNC
bersama Linktone mengakuisisi 87.5% saham Innoform Media Pte LTD. MNC
mendapatkan 12.5% saham dan Linktone mendapatkan 75% besar saham.
-
Majalah Just For Kids diluncurkan
-
TPI berubah nama menjadi MNCTV
-
Stasiun V radio diluncurkan
-
Sindo
Media diluncurkan sebagai platform media pertama dengan merek SINDObaru
-
Radi trijaya berubah nama menjadi Sindo baru
2012
-
MNC International Ltd. Mengalihkan seluruh
kepemilikan investasinya di Linktone kepada Global Mediacom International Ltd.
-
Sindo Trijaya Networks memperluas jaringannya ke
Jambi, ternate, Melawai, Kalimantan Barat, dan Bal Bau, Sulawesi Tenggara
-
Linktone mengakuisisi Okezone.com
2014
-
MNCN meluncurkan SINDO TV sebagai stasiun TV
swasta keempat
2015
-
Perubahan nama SindoTV menjadi iNewsTV sebagai
TV berjaringan nasional keempat yang dimiliki oleh MNCN
-
MNCN meluncurkan IBCM (Indonesia Business
Capital Market)
-
RCTI mendapatkan 3 penghargaan pada Ray Morgran
Custome Satisfaction award 2015
Kekuatan dari
MNC group sepertinya adalah dominasi yang sangat kuat di sector media dan
periklanan, anak usaha seperti RCTI, MNCTV, Global TV, dan INEWS TV (di bidang
pertelevisian) dibidang percetakan, dan dibidang radio membuat MNC menjadi
salah satu group media terbesar di Indonesia. Di sector pertelevisian MNC merupakan
market leader dengan market share 36.3%.
Namun kelemahan
MNC group adalah program-program yang disajikan adalah pihak ketiga, artinya
perusahaan mengeluarkan biaya operasional yang tinggi untuk program-program
yang disajikan. Hal ini tergambar sangat jelas terhadap beban program dan
konten MNCN yang mencapai 2.73 trilliun rupiah naik dari sebelumnya yang hanya
2.72 trilliun rupiah.
Salah satu
kekuatan lain dari MNC grup adalah kekuatan aliansi yang terbentuk tahun 2009
yaitu SMART alians hal ini akan berdampak pada kekuatan grup di ASIA. MNC grup
juga mulai tayang di Timur Tengah untuk mencapai masyarakat Indonesia yang
sedang berada di sana.
Kinerja Perusahaan
1.
Dari sisi Kesehatan Perusahaan
Dari sisi
keamanan investasi diukur menggunakan Quick
Ratio dan Cash Ratio untuk
mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang
dari satu tahun.
RASIO LIKUIDITAS
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
QUICK RATIO
|
3.97
|
4.36
|
3.15
|
6.99
|
4.73
|
CASH RATIO
|
0.68
|
0.42
|
0.36
|
1.27
|
0.38
|
Melihat data
diatas kita dapat melihat bahwa perusahaan sangat mampu dalam membayar hutang
jangka pendeknya. Namun dengan syarat iya menjaminkan aset lancer lain seperti
piutang perusahaan. Karena quick ratio perusahaan yang tinggi diakibatkan
tingginya tingkat piutang perusahaan.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ARUS KAS BEBAS (FREE
CASH FLOW)
|
781,276
|
896,823
|
736,698
|
(190,521)
|
(171,178)
|
Perusahaan juga
memiliki arus kas bebas yang positif sejak tahun 2011 hingga 2013. Namun arus
kas mulai negatif sejak tahun 2014 dan tahun 2015. Hal ini terjadi karena
penurunan arus kas operasi dan terjadi peningkatan biaya modal pada kedua tahun
tersebut.
Dari
sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
DER
|
0.29
|
0.23
|
0.24
|
0.45
|
0.51
|
LTDE
|
0.11
|
0.06
|
0.03
|
0.35
|
0.40
|
Dinyatakan
dalam (%)
Perusahaan
tidak memiliki masalah dalam pelunasan total hutangya. Perusahaan juga memiliki
utang jangka panjang yang cukup rendah pada tahun 2015.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka
pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua
rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan
piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.
RASIO PENGELOLAAN ASET
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
RTR
|
2.26
|
2.07
|
2.02
|
2.10
|
1.91
|
DSO
|
161.20
|
176.44
|
181.13
|
174.08
|
191.04
|
Dinyatakan dalam (%) dan hari
Sepertinya
penjualan terhadap piutang perusahaan cukup tinggi hal ini dilihat dari RTR
yang cukup rendah. Perusahaan memiliki rasio penjualan dengan piutang yang
cukup tinggi serta proses perputaran yang dapat dikatakan cukup tinggi yaitu
191.04 hari pada tahun 2015. DSO yang tinggi / rasio piutang yang tinggi akan
meningkatkan rasio piutang tak tertagi bagi perusahaan.
3.
Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Pertumbuhan laba bersih (NI Growth)
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
NI GROWTH
|
56.69
|
2.66
|
4.00
|
-32.16
|
|
ROE
|
16.46%
|
24.16%
|
23.37%
|
20.02%
|
13.35%
|
Dinyatakan dalam
(%)
Perusahaan
memiliki kemampuan mencetak laba yang sangat baik ROE yang dihasilkan selama 5
tahun terakhir selalu berada di atas 10%. Bahkan selama tahun 2012 hingga 2014
ROE yang dihasilkan perusahaan berada diatas sekitar 20%. Pertumbuhan laba
bersih perusahaan juga cukup baik. Pertumbuhan laba bersih tertinggi dicapai
pada tahun 2012 yang mencapai 56.69%.
4.
Murah atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
BV
|
Rp 479
|
Rp 511
|
Rp 542
|
Rp 658
|
Rp 670
|
PBV
|
1.96
|
4.89
|
4.84
|
3.86
|
2.77
|
Perusahaan ini
sepertinya masih terlalu mahal untuk dikoleksi saat ini nilai perusahaan ini
berada di harga Rp 670 sedangkan pbvnya sudah 2.77 kali
5.
Kesimpulan
MNCN adalah
sebuah perusahaan media yang sangat besar, memiliki diversifikasi yang vertical
membuat perusahaan memiliki kekuatan pasar yang sangat kuat di sektornya. Hal ini
dibuktikan dengan tingginya market share perusahaan di tahun 2015 yang mencapai
36.3%. Perusahaan juga memiliki jaringan tv berbayar seperti Indovision yang
merupakan pioneer di bisnis ini serta anak usahanya yaitu topTV yang menyasar
ke kalangan menengah kebawah untuk daerah pedalaman. Kemampuan perusahaan dalam
mencetak laba juga sangat baik ROE yang dicapai lebih dari 10% selama 5 tahun
terakhir. Namun sepertinya SCMA lebih unggul dalam efisiensi. MNCN memiliki
program unggulan yang sebagian besar berasal dari pihak ketiga serta pembelian
program-program dari pihak ketiga membuat perusahaan ini memiliki biaya
langsung yang cukup tinggi hal ini mengakibatkan laba bersih perusahaan sedikit
tertekan.
Jika ingin
memiliki sebuah perusahaan yang merupakan market leader serta memiliki
diversifikasi yang kuat di sector media saya rasa MNC Grup lah jawabannya.
Percetakan, Konten Online, Gaming (China), Majalah, Radio, Televisi hampir
setiap peluang di sektor ini di jajal oleh MNC. Kemampuan perusahaan mencetak laba
yang cukup baik serta hutang yang rendah menjadi nilai tambah bagi perusahaan
ini.
Post a Comment