PT. Petrosea Tbk.
1. Safety
First
Dari sisi
keamanan investasi diukur menggunakan Quick
Ratio dan Cash Ratio untuk
mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang
dari satu tahun.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
Quick Ratio
|
0.73
|
0.96
|
0.86
|
1.44
|
1.33
|
Cash Ratio
|
0.20
|
0.36
|
0.47
|
0.61
|
0.59
|
Dinyatakan
dalam (%)
Dari tabel kita
dapat melihat jika melihat dari sisi Quick Ratio pada tahun 2014 dan 2015 PT.
Petrosea Tbk. Walaupun perbandingannya bukan 2:1 namun PT. Petrosea Tbk. Memiliki
cukup asset untuk membayar hutang jangka pendeknya. Sedangkan jika melihat dari
dari sisi Cash Ratio PT. Petrosea Tbk. Hanya memiliki 60% kas dari hutang
jangka pendeknya. Namun hal ini dapat ditolerir karena perusahaan masih
memiliki asset likuid seperti piutang yang dapat dijaminkan. Ditambah kas dan
setara kas yang terlalu tinggi tidak memberikan imbal hasil yang memadai.
Dari sisi
keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
DER
|
1.37
|
1.83
|
1.58
|
1.43
|
1.39
|
LTDE
|
0.66
|
1.16
|
0.96
|
0.87
|
0.88
|
Dinyatakan
dalam (%)
Dari table kita
dapat melihat selama 5 tahun terakhir DER selalu berada di atas 1. Jika membandingkan
dengan LTDE yang selama 5 tahun terakhir berada di bawah 1. Hal ini
mengindikasikan tingginya DER karena tingginya utang jangka pendek. Seperti yang dibahas sebelumnya perusahaan
tidak memiliki masalah dengan hutang jangka pendek.
2. Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka
pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua
rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan
piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
RTR
|
6.05
|
5.80
|
4.53
|
4.08
|
3.43
|
DSO
|
60.36
|
62.89
|
80.61
|
89.41
|
106.49
|
Dinyatakan dalam (%)
Dari table diatas
kita dapat melihat RTR yang cukup tinggi pada tahun 2011 hingga tahun 2013. RTR
yang cukup tinggi artinya pada tahun berkaitna perusahaan memiliki konsumen
yang kredibel sehingga penjualan melalui piutang rendah. Tapi kita juga harus
sadar pada tahun tersebut hampir semua perusahaan dibidang tambang memiliki
kemampuan baik untuk membayar utangnya karena pada tahun tersebut komoditas
berada di harga yang cukup tinggi. Sedangkan pada tahun 2014 2015 RTR turun
cukup signifikan. Hal ini terjadi karena turunnya penjualan dan piutang
perusahaan namun piutang perusahaan tetap lebih besar sehingga RTR menurun. Namun
hal ini masih bisa ditoleransi karena pada tahun 2014 dan 2015 harga komoditas
turun cukup signifikan.
Sedangkan pada DSO kita dapat melihat rata-rata
pengumpulan piutang dari tahun 2011-2014 kurang dari 90 hari (3 bulan) seangkan
pada tahun 2015 berada lebih dari 90 hari dengan data tersebut masih cukup baik
karena periode pengumpulan piutang masih kurang dari satu tahun. Namun, pada
tahun 2015 pada kemungkinan adanya risiko piutang tidak tertagih karena kondisi
ekonomi yang kurang baik pada saat itu.
3. Kemampuan
Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ROE
|
33.06
|
26.23
|
8.76
|
1.23
|
-7.12
|
NPM
|
19.96
|
12.74
|
4.81
|
0.68
|
-6.14
|
Dinyatakan dalam
(%)
Kemampuan
memperoleh laba perusahaan berada di puncak pada tahun 2011 dan 2012 dimana ROE
lebih dari 20% sedangkan pada setelah 2013 kemampuan labanya terus menurun bahkan
pada tahun 2015 ROE nya negatif. Jika melihat harga batubara acuan sangatlah
wajar apabila terjadi penurunan laba tidak hanya PTRO perusahaan tambang lain
seperti HRUM juga mengalami kerugian di tahun yang sama. Namun mengingat harga
batubara yang sekarang mulai membaik ada kemungkinan PTRO akan memperoleh laba
yang sama bahkan lebih. Hal ini berdasarkan mulai fokusnya perusahaan pada sector
pertambangan dengan cara melepas kepemilikan perusahaan air mineral dan
mengakuisisi perusahaan kontraktor pertambangan pada tahun 2015. Apalagi 87%
pendapatannya berasal dari pertambangan batubara.
4. Murah
atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
BV
|
14.319
|
1.805
|
2.400
|
2359
|
2.451
|
PBV
|
2.32
|
0.73
|
0.48
|
0.39
|
0.12
|
Dinyatakan
dalam (RP) >> BV
Jika kita
melihat penurunan BV yang cukup signifikan terjadi karena adanya stock split di
tahun 2012. Namun jika kita melihat PBVnya PTRO berada di harga yang sangat
menarik bahkan sangat murah. Pada tahun 2015 PBV perusahaan hanya 0.12 kali artinya
perusahaan ini sangat murah.
5. Kesimpulan
PT. Petrosea
Tbk. Memiliki nilai valuasi yang sangat murah, walaupun masih memiliki resiko
karena tingginya hutang jangka pendek. Namun perusahaan memiliki aset-aset yang
cukup untuk menutupi hutang jangka pendek tersebut. Apalagi mengingat mulai
membaiknya harga batubara di akhir tahun 2015 yang bahkan sempat menyentuh USD
100 yang hamper sama pada tahun 2011 dan 2012. Ada kemungkinan perusahaan kembali
mencetak keuntungan dan harga sahamnya akan ikut naik apalagi nilai perusahaan
yang berada di 2.451 sedangkan nilai pasarnya hanya Rp 685 membuat perusahaan
ini sangat murah.
Post a Comment