PROFILE
britama.com, Global Mediacom Tbk (MNC Media) (dahulu
Bimantara Citra Tbk) (BMTR) didirikan 30 Juni
1981 dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1982.
Kantor
pusat MNC Media beralamat di MNC Tower Lt. 27 – 29, Jl. Kebon Sirih No. 17 –
19, Jakarta Pusat 10340 – Indonesia.
Telp: (62-21)
390-0310, 390-9211 (Hunting), Fax: (62-21) 390-9174, 390-9207.
Pemegang
saham yang memiliki 5% atau lebih saham Global Mediacom Tbk, yaitu: MNC
Investama Tbk (MNC Corporation) (BHIT) (24,70%), DB AG HK
S/A Tempus BMTR-20599744013 (23,08%) dan DB AG HK S/A MNC Investama Tbk (BHIT) (6,79%). Ketiga
pemegang saham ini merupakan pemegang saham pengendali.
Induk usaha dari MNC
Media adalah MNC Corporation, yang juga merupakan induk usaha terakhir dalam
kelompok usaha MNC Media.
Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BMTR adalah di bidang perindustrian,
pertambangan, pengangkutan, pertanian, telekomunikasi, real estate, arsitektur,
pembangunan (developer), percetakan, jasa dan perdagangan, media dan investasi.
Saat ini, MNC Media
bergerak dalam bidang investasi dan merupakan induk perusahaan dari beberapa
anak usaha yang bergerak dibidang media (stasiun televisi FTA, TV-berlangganan
dan konten multimedia, serta portal berita online, surat kabar, majalah, radio
dan layanan internet broadband). Selain itu MNC Media juga memiliki bisnis
online media, seperti aplikasi sosial media WeChat, portal berita dan hiburan
Okezone.com, perusahaan mobile gaming Letang serta layanan Home Shopping 24 jam
MNC Shop.
Anak
usaha MNC Media yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), antara lain:
Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan MNC Sky Vision
Tbk (MSKY) Pada tanggal 20 Juni 1995, BMTR memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
BMTR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 200.000.000 dengan nilai nominal Rp500,-
per saham dengan harga penawaran Rp1.250,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juli 1995.
1. Safety
First
Dari sisi
keamanan investasi diukur menggunakan Quick
Ratio dan Cash Ratio untuk
mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang
dari satu tahun.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
Quick Ratio (%)
|
2.63
|
3.54
|
2.01
|
3.03
|
1.03
|
Cash Ratio (%)
|
0.45
|
0.38
|
0.42
|
0.57
|
0.10
|
Free Cash Flow
(Jutaan Rupiah)
|
873.037
|
308.205
|
-415.911
|
-944.509
|
-115.087
|
Dari
table diatas kita dapat melihat perbandingan antara Quick Ratio dan Cash Ratio.
BMTR memiliki quick ratio yang cukup sehat tahun 2011-2014 rasio ini berada
lebih 2 sedangkan tahun 2015 turun hingga hanya lebih dari satu hal ini terjadi
karena pada tahun 2015 akan jatuh temponya utang jangka panjang dalam satu tahun
akhirnya terjadi peningkatan pada utang lancarnya. Jika membandingkan cash
ratio yang sejak tahun 2011-2015 kurang dari 1 hal ini mengindikasikan
rata-rata aset lancar perusahaan berupa piutang. Jika hanya mengandalkan kas
dan persediaan kas perusahaan sangat kurang mampu dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya.
Dari sisi
keamanan jangka panjang dilihat dari Debt
Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt
Equity (LTDE).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
DER
|
0.40
|
0.40
|
0.58
|
0.60
|
0.73
|
LTDE
|
0.21
|
0.23
|
0.30
|
0.44
|
0.31
|
Dinyatakan
dalam (%)
Utang
jangka panjang perusahaan dapat dikatakan sangat rendah dibawah 0.5 walaupun
DER kurang dari 1 DER tidak dapat dikatakan kecil.
2.
Pengelolaan Aset
Pada bagian ini
lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka
pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua
rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan
piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
RTR
|
2.28
|
3.29
|
3.32
|
3.15
|
2.81
|
DSO
|
160.37
|
111.05
|
109.88
|
115.69
|
129.79
|
Dinyatakan dalam (%) dan hari
Berdasarkan table
diatas menggambarkan sebagian transaksi penjualan perusahaan dilakukan dengan
piutang. Hal ini tergambar dengan RTR yang sangat rendah, sebenarnya tidak ada
masalah apabila perusahaan menggunakan piutang atau kas. Namun tingginya
penggunaan piutang serta periode waktu perputaran perusahaan dalam menagih
piutang cukup tinggi yaitu 129 hari pada tahun 2015 artinya sekitar 4 hingga
4.5 bulan. Lamanya penagihan piutang dapat memperbesar resiko piutang tak
tertagih.
3. Kemampuan
Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
ROE
|
10.76
|
13.94
|
7.71
|
8.11
|
1.85
|
NPM
|
21.86
|
22.33
|
10.28
|
12.09
|
2.68
|
Dinyatakan
dalam (%)
Kemampuan BMTR
dalam memperoleh laba cukup baik, hal ini berdasarkan ROE perusahaan yang
rata-ratanya sekitar 10.13% selama 5 tahun terakhir. Penurunan ROE pada tahun
2015 terjadi karena kerugian kurs yang di miliki perusahaan. NPM perusahaan
juga dapat dikatakan cukup baik sekitar 20% laba bersih diperoleh dari
penjualan.
4. Murah
atau mahal ?
Mengukur mahal
atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to
book value (PBV).
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
BV
|
762
|
1.007
|
940
|
1.119
|
1.077
|
PBV
|
1.30
|
2.38
|
2.02
|
1.27
|
0.56
|
Dinyatakan
dalam (RP) >> BV
Di akhir tahun
2016 harga saham BMTR turun secara signifikan. Hal ini sepertinya terjadi
karena penurunan laba bersih perusahaan yang diakibatkan oleh kerugian kurs. Harganya
mulai menarik sejak akhir tahun 2016 hal ini karena walaupun terjadi penurunan
harga tetapi laba bersih perusahaan mulai meningkat.
5. Kesimpulan
Perusahaan merupakan
market di leader di sektornya, hal ini saya simpulkan berdasarkan market share
perusahaan yang mencapai 38%. Dengan RCTI dan Indovision sebagai pioneer dalam menghasilkan
laba perusahaan. Kekurangan dari perusahaan ini adalah kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan utang jangka pendeknya. Dan Piutang pengelolaan piutang
yang menurut saya cukup rendah. Namun ditengah sulitnya perekonomian di tahun
2016 perusahaan mampu mencetak laba yang cukup besar. (buka ringkasan
perusahaan). Hal ini dapat digunakan sebagai bahan spekulasi, karena market
sepertinya belum sadar akan pertumbuhan laba bersih perusahaan dan market
cenderung hanya melihat kecenderungan harga.
Post a Comment