Top Menu

Search This Blog

Valuasi PT. Global Mediacom Tbk. 2016



PT. Global Mediacom Tbk.


PROFILE
britama.com, Global Mediacom Tbk (MNC Media) (dahulu Bimantara Citra Tbk) (BMTR) didirikan 30 Juni 1981 dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1982.

Kantor pusat MNC Media beralamat di MNC Tower Lt. 27 – 29, Jl. Kebon Sirih No. 17 – 19, Jakarta Pusat 10340 – Indonesia.
Telp: (62-21) 390-0310, 390-9211 (Hunting), Fax: (62-21) 390-9174, 390-9207.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Global Mediacom Tbk, yaitu: MNC Investama Tbk (MNC Corporation) (BHIT) (24,70%), DB AG HK S/A Tempus BMTR-20599744013 (23,08%) dan DB AG HK S/A MNC Investama Tbk (BHIT) (6,79%). Ketiga pemegang saham ini merupakan pemegang saham pengendali.
Induk usaha dari MNC Media adalah MNC Corporation, yang juga merupakan induk usaha terakhir dalam kelompok usaha MNC Media.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BMTR adalah di bidang perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, telekomunikasi, real estate, arsitektur, pembangunan (developer), percetakan, jasa dan perdagangan, media dan investasi.
Saat ini, MNC Media bergerak dalam bidang investasi dan merupakan induk perusahaan dari beberapa anak usaha yang bergerak dibidang media (stasiun televisi FTA, TV-berlangganan dan konten multimedia, serta portal berita online, surat kabar, majalah, radio dan layanan internet broadband). Selain itu MNC Media juga memiliki bisnis online media, seperti aplikasi sosial media WeChat, portal berita dan hiburan Okezone.com, perusahaan mobile gaming Letang serta layanan Home Shopping 24 jam MNC Shop.
Anak usaha MNC Media yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), antara lain: Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan MNC Sky Vision Tbk (MSKY)  Pada tanggal 20 Juni 1995, BMTR memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMTR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 200.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juli 1995.






           1.       Safety First
Dari sisi keamanan investasi diukur menggunakan Quick Ratio dan Cash Ratio untuk mengetahui apakah perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek yang kurang dari satu tahun.

2011
2012
2013
2014
2015
Quick Ratio (%)
2.63
3.54
2.01
3.03
1.03
Cash Ratio (%)
0.45
0.38
0.42
0.57
0.10
Free Cash Flow (Jutaan Rupiah)
873.037
308.205
-415.911
-944.509
-115.087

            Dari table diatas kita dapat melihat perbandingan antara Quick Ratio dan Cash Ratio. BMTR memiliki quick ratio yang cukup sehat tahun 2011-2014 rasio ini berada lebih 2 sedangkan tahun 2015 turun hingga hanya lebih dari satu hal ini terjadi karena pada tahun 2015 akan jatuh temponya utang jangka panjang dalam satu tahun akhirnya terjadi peningkatan pada utang lancarnya. Jika membandingkan cash ratio yang sejak tahun 2011-2015 kurang dari 1 hal ini mengindikasikan rata-rata aset lancar perusahaan berupa piutang. Jika hanya mengandalkan kas dan persediaan kas perusahaan sangat kurang mampu dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Dari sisi keamanan jangka panjang dilihat dari Debt Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt Equity (LTDE).

2011
2012
2013
2014
2015
DER
0.40
0.40
0.58
0.60
0.73
LTDE
0.21
0.23
0.30
0.44
0.31
Dinyatakan dalam (%)
     Utang jangka panjang perusahaan dapat dikatakan sangat rendah dibawah 0.5 walaupun DER kurang dari 1 DER tidak dapat dikatakan kecil.  
          2.       Pengelolaan Aset
Pada bagian ini lebih membahas tentang bagaimana perusahaan mengelola asset-aset jangka pendeknya seperti piutang dan persediaan. Rasio yang digunakan yaitu Receivable Turnover Ratio (RTR) dan Days of Sale Outstanding (DSO) kedua rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan melakukan kebijakan piutanngya dan lama rata-rata yang diberikan perusahaan kepada konsumennya.

2011
2012
2013
2014
2015
RTR
2.28
3.29
3.32
3.15
2.81
DSO
160.37
111.05
109.88
115.69
129.79
Dinyatakan dalam (%) dan hari
Berdasarkan table diatas menggambarkan sebagian transaksi penjualan perusahaan dilakukan dengan piutang. Hal ini tergambar dengan RTR yang sangat rendah, sebenarnya tidak ada masalah apabila perusahaan menggunakan piutang atau kas. Namun tingginya penggunaan piutang serta periode waktu perputaran perusahaan dalam menagih piutang cukup tinggi yaitu 129 hari pada tahun 2015 artinya sekitar 4 hingga 4.5 bulan. Lamanya penagihan piutang dapat memperbesar resiko piutang tak tertagih.
         3.       Kemampuan Perusahaan Memperoleh Laba
Untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba menggunakan dua indicator yaitu Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).

2011
2012
2013
2014
2015
ROE
10.76
13.94
7.71
8.11
1.85
NPM
21.86
22.33
10.28
12.09
2.68
Dinyatakan dalam (%)
Kemampuan BMTR dalam memperoleh laba cukup baik, hal ini berdasarkan ROE perusahaan yang rata-ratanya sekitar 10.13% selama 5 tahun terakhir. Penurunan ROE pada tahun 2015 terjadi karena kerugian kurs yang di miliki perusahaan. NPM perusahaan juga dapat dikatakan cukup baik sekitar 20% laba bersih diperoleh dari penjualan.
4.       Murah atau mahal ?
Mengukur mahal atau murahnya perusahaan menggunakan indicator Book Value (BV) dan Price to book value (PBV).

2011
2012
2013
2014
2015
BV
762
1.007
940
1.119
1.077
PBV
1.30
2.38
2.02
1.27
0.56
Dinyatakan dalam (RP) >> BV
Di akhir tahun 2016 harga saham BMTR turun secara signifikan. Hal ini sepertinya terjadi karena penurunan laba bersih perusahaan yang diakibatkan oleh kerugian kurs. Harganya mulai menarik sejak akhir tahun 2016 hal ini karena walaupun terjadi penurunan harga tetapi laba bersih perusahaan mulai meningkat.
       5.       Kesimpulan

Perusahaan merupakan market di leader di sektornya, hal ini saya simpulkan berdasarkan market share perusahaan yang mencapai 38%. Dengan RCTI dan Indovision sebagai pioneer dalam menghasilkan laba perusahaan. Kekurangan dari perusahaan ini adalah kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan utang jangka pendeknya. Dan Piutang pengelolaan piutang yang menurut saya cukup rendah. Namun ditengah sulitnya perekonomian di tahun 2016 perusahaan mampu mencetak laba yang cukup besar. (buka ringkasan perusahaan). Hal ini dapat digunakan sebagai bahan spekulasi, karena market sepertinya belum sadar akan pertumbuhan laba bersih perusahaan dan market cenderung hanya melihat kecenderungan harga.

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates